Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain.
(Cicero)


Media Selebritis di Indonesia  

Rabu, 08 Agustus 2007

Dari : www.kunci.or.id
Oleh : NURAINI JULIASTUTI
Sejarah media selebritis di Indonesia dimulai pada 1929. Pada tahun itu sudah terbit media yang menyajikan tulisan-tulisan tentang dunia film serta artis-artis, yaitu Doenia Film. Majalah ini terbit di Jakarta. Setahun kemudian, nama majalah ini diubah menjadi Doenia Film dan Sport. Pada tahun 1941 muncul majalah Pertjatoeran Doenia dan Film. Sedangkan pada 1950-an di Solo muncul majalah Star News. Di kemudian hari, majalah ini berganti nama menjadi Star News Baru dan Bintang. Dalam waktu yang bersamaan di Solo juga muncul majalah Film Figoers. Dari Surabaya, sempat terbit majalah Indian Film , sebuah majalah bulanan yang khusus mengulas tentang film India. Berikutnya muncul nama-nama baru majalah khusus film saat itu, antara lain: Berita Industri Film, Kentjana, Chitra Film, Film Indonesia, Aneka , dan Purnama.
Pada 1967 film-film Indonesia mulai bangkit. Masyarakat Indonesia bisa menyaksikan produksi film-film nasional dan kemunculan artis-artis baru film Indonesia. Bersamaan dengan itu, ikut terbit media-media yang khusus mengulas seluk beluk film nasional yaitu: Ria Film (terbit 1973), Bintang Film (terbit 1974), Team (terbit 1981), Aktuil (terbit 1967) dan Top (terbit 1976).
Aktuil, majalah khusus musik yang terbit di Bandung ini, menjadi legenda karena semasa hidupnya dikenal sebagai pelopor pembawa informasi perkembangan musik kepada publik Indonesia, tidak hanya yang berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Pada tahun 1970-an, majalah ini tercatat membuka jaringan kantor perwakilan dan korespondennya di luar negeri (Hamburg, Munich, Berlin, Swedia, Stockholm, Ottawa, Tokyo, Hongkong, Kowloon, New York). Pada tahun 1975, Aktuil juga mengejutkan publik Indonesia dengan mengundang kelompok musik Deep Purple untuk berpentas di Indonesia. Saat itu, pentas-pentas musik, apalagi dengan pemain musik dari luar negeri, masih jarang terjadi. Majalah lain yang mengkhususkan diri dengan berita-berita dalam dunia musik adalah MAS (Musik Artis Santai) dan Citra Musik.
Direktorat Televisi Departemen Penerangan pernah berusaha menerbitkan majalah khusus radio dan televisi pada 1972, yaitu Monitor. Tetapi sampai 1982, nasib majalah ini kurang menggembirakan. Pada 1986, majalah itu berubah bentuk menjadi tabloid dan diasuh oleh Arswendo Atmowiloto. Tabloid yang berisi berita-berita selebritis baik dari dalam negeri maupun luar negeri, gosip, dan berita latar belakang pembuatan sebuah program di televisi ini ternyata disukai pembaca dan sangat laku di pasaran. Makanya Arswendo sering menyebut dirinya sebagai Corporal Wendo--plesetan dari Kolonel Sanders penemu resep Kentucky Fried Chicken--sebagai penemu resep tabloid semacam itu. Kehadiran tabloid model ini terasa semakin dibutuhkan ketika pada 1989, mulai muncul televisi swasta pertama di Indonesia: RCTI. Tak lama kemudian RCTI disusul dengan TPI, SCTV, Indosiar, dan Anteve. Semakin banyak stasiun televisi, berarti semakin meningkatkan produksi acara-acara televisi. Dengan demikian semakin banyak kemungkinan berita-berita tentang acara-acara televisi, berikut artis-artis pendukungnya, yang bisa dijual ke masyarakat. Pada 1991, terbit tabloid-tabloid baru tentang dunia radio, televisi, film dan artis, yaitu Bintang Indonesia, Citra, Wanita Indonesia dan Dharma Nyata. Pada 1993, terbit majalah Vista TV. Majalah ini bermaksud menjadi TV Guide versi Indonesia.
Tidak semua tabloid tersebut berumur panjang. Tabloid Bintang Indonesia dan Citra masih bisa kita temui sampai saat ini. Dunia tabloid di Indonesia juga mendapat tambahan pemain baru yaitu: Bintang Millenia dan Cek&Ricek. Kelahiran televisi-televisi swasta selain membawa konsekuensi semakin banyaknya produksi siaran yang bisa dinikmati masyarakat, ternyata juga melahirkan siaran-siaran infotainment yang berisi berita-berita dari para artis dan selebritis Indonesia. Stasiun RCTI memproduksi siaran infotainment dengan nama Kabar-Kabari, Cek&Ricek, dan Buletin Sinetron. Produsen acara Cek&Ricek kemudian melebarkan sayapnya tidak hanya memproduksi acara televisi saja, melainkan juga tabloid dengan nama yang sama. SCTV juga mempunyai acara infotainment dengan nama Bibir Plus, Poster, Hot Shot, Halo Selebriti, Otista, dan Ngobras. TPI memproduksi acara infotainment dengan nama Selebrita dan Go Show. Anteve mempunyai acara infotainment yang diberi nama Panorama, Kharisma, Selebriti Dunia, dan Berita Selebritis Spesial. Sementara Indosiar memproduksi acara infotainment dengan nama KISS.
Posisi Aktuil di kemudian hari banyak digantikan oleh Hai. Majalah remaja pria ini dikenal luas di kalangan remaja karena banyak menyajikan berita-berita perkembangan musik, juga berita-berita tentang artis-artis musik dalam dan luar negeri. Sama seperti Aktuil, Hai juga kerap mengirimkan reporternya untuk menulis konser-konser musik dari luar negeri, misalnya menulis tentang konser musik Woodstock. Majalah-majalah remaja lain seperti Gadis atau Kawanku mulai tahun 1990-an akhir banyak berperan sebagai pembawa informasi tentang artis-artis musik dan film untuk para pembaca mudanya.
Menginjak akhir 1990, di Indonesia muncul media-media versi Indonesia dari media-media luar negeri seperti Cosmopolitan, Harpers Bazaars, Lisa , dan sebagainya. Dan mulai 2001 muncul majalah baru: Cosmo Girl. Media-media ini akhirnya juga banyak berfungsi sebagai pembawa informasi dunia selebritis yang lebih luas kepada para pembacanya. Lebih-lebih setelah MTV bisa dinikmati publik Indonesia lewat Anteve.
***
Konsekuensi dari semakin pesatnya industri hiburan, berikut elemen-elemennya termasuk acara-acara infotainment adalah, semakin banyaknya jumlah artis atau selebritis. Semakin banyak anak-anak muda yang tertarik untuk bekerja dan memasuki wilayah-wilayah yang selanjutnya nanti lebih dikenal orang sebagai artis atau selebritis. Jumlah model di Indonesia semakin bertambah, begitu juga dengan jumlah anak-anak muda yang berhasrat untuk menjadi penyanyi. Ajang pemilihan model atau putri ayu adalah pintu masuk strategis untuk memasuki dunia selebritis, karena begitu seseorang menjadi model, terdapat kemungkinan besar untuk menjadi bintang iklan, dan selanjutnya menjadi presenter atau main sinetron. Pemilihan Tiara Sunsilk baru-baru ini misalnya dengan jelas mengiklankan dirinya sebagai ajang untuk masuk ke dunia baru, untuk meraih kesempatan dan pengalaman baru. Dunia baru dan kesempatan baru itu maksudnya gadis-gadis yang terpilih dalam jajaran gadis Sunsilk itu berpeluang untuk menjadi salah satu pemain dalam dunia hiburan, dan itu artinya terbuka pula kesempatan untuk tampil di salah satu media selebritis.
Perbedaan media-media selebritis pada masa ketika program-program acara televisi belum mengalami booming seperti sekarang mungkin hanya pada figur-figur yang diwawancarai. Dulu mungkin isinya hanya ada artis penyanyi atau bintang film, tetapi sekarang, halaman-halaman media tersebut didominasi oleh pemain sinetron, karena produksi film Indonesia masih terbatas, dan sinetron adalah salah satu program acara dominan di layar televisi kita saat ini.
Melihat panjangnya sejarah media selebritis di Indonesia, jelas bahwa obsesi orang terhadap skandal seks, atau berita-berita tentang kehidupan privat orang lain, bukan hal baru. Mungkin sudah sifat alamiah manusia yang dasarnya suka mengamati orang lain dan mendengar berita-berita tentang orang lain. Dan wacana menunjukkan bahwa wacana-wacana tentang selebritis ini--sebutlah misalnya kasus cerai antara Nicky Astria dan Mamay, cek cok antara Atilla dan Wulan Guritno karena Atilla memergoki Wulan sedang ada di kamar bersama Nugie, Ferdi Hasan dan Jeremy Thomas yang masuk rumah sakit karena kecapekan, Dina Lorenza yang mau menikah, Sarah Sechan yang didahului menikah adiknya, usaha Lusy Rahmawaty supaya cepat punya anak, atau Nico Siahaan yang baru saja putus cinta--memang masuk dalam kehidupan kita, para pembaca tabloid hiburan, para penonton televisi, dan dijadikan obrolan seperti kalau kita mengobrolkan seorang teman dan saudara saja. Kita tentu pernah mengalami sendiri suasana obrolan semacam ini: "Eh, ternyata Ulfa jadi cerai juga ya sama Klaas?", "Eh, kamu tahu nggak, Shanty sudah putus lo dari Dimas Jayadiningrat?", atau "Tahu nggak, bintang-bintang sinetron Belahan Hati itu ternyata mantan Gadis-gadis Sunsilk lo. Iya! Pantesan rambutnya bagus-bagus kan?".
Media selebritis ini akhirnya berposisi sama dengan berita-berita politik yang setiap hari juga mencekoki kita dan memaksa kita untuk menelan macam-macam berita tentang aktor-aktor politik dan peristiwa politik terkini. Berita-berita tentang artis dan selebritis tidak hanya bisa didapat pada media selebritis saja, tapi juga di media-media lain. Artis atau selebritis menjadi sumber berita yang dominan bahkan untuk kasus-kasus luas. Artis diwawancarai soal politik, ekonomi, dan sepak bola. Media-media perempuan seperti Femina, majalah-majalah remaja atau bahkan majalah keluarga macam Ayah Bunda atau majalah kesehatan akhirnya bisa dijadikan rujukan informasi tentang artis a atau artis b, misalnya tentang gaya hidup kesehatannya, hobinya, atau cara mendidik anaknya.
Formula suatu media tampaknya akan selalu berjalan beriringan dengan aspek komersialisme, aspek laku-tidaknya suatu media di pasaran. Formula media-media infotainment dan media-media yang menggunakan artis sebagai sumber berita utamanya, telah membuktikan kesuksesannya. Meskipun terdapat pihak-pihak yang menentang dan merendahkan formula media seperti ini, tapi tampaknya tetap banyak pihak yang akan mengikuti jejak membuat media selebritis. Dan formula media yang bercerita tentang selebritis akan tercatat sebagai formula yang sulit dicari bandingannya.

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


 

Design by Amanda @ Blogger Buster

Google Custom Search

Kolom blog tutorial